cinta dan sahabat, dua hal yang tak mudah untuk dimengerti. kadang bisa
sangat berarti, namun dalam hal itu bisa membuat luka yang teramat
perih. Aku adalah orang yang berada ditengah-tengah cinta dan sahabat
itu. kini, aku yang begitu merindukanhadirnya sorang kekasih, dalam
hangatnya persahabatnku dangan sisil yang lebih tua satu tingkat dariku.
tiga minggu diawal semester satu... aku duduk dibangku kelas XII,
seabrek kegiatan pun kulalui tanpa kuharus memikirkan cinta menurutku
itu hanya membuatku lelah.
Namun, pertemuan itu membuatku melupakan satu hal, aku yang larut dalam
persaanku terhadap Alan :D aku terlalu bodoh karena terlalu jatuh hati
pada orang yang salah, jatuh hati pada orang yang tak pernah menyimpan
cinta padaku. aku tak begitu saja menyalahkannya! dia tidak patut untuk
disalahkan, dia hanya korban dari cintaku dan dia terlalu baik mau
mengerti akan cintaku padanya
Dan terlalu naif bila kini aku harus menyesal karena mengenalnya. Karena
dia aku dapat merasakan hal terindah, walaupun hanya sekejap. Aku
terlalu naif hingga aku pun tidak menyadari Sisil merasakan juga perih
yang kurasa. Sisil sahabatku orang yang kupercaya seutuhnya, orang yang
selalu berusaha ada untukku. Kini, telah terluka karena keegoisanku.
Seharusnya aku tak pernah hadir di antara Alan dan Sisil. Bila akhirnya luka ini yang kurasa.
Andai saja kusadari dari awal, andai saja ku lebih mengerti mereka,
andai saja aku tidak jatuh hati pada Alan, Alan dan Alan. Orang yang
kucintai dan selalu ada dalam hatiku walau hati ini terasa perih,
kudapat mengerti tak ada gunanya kubertahan di sisimu, karena ternyata
kau lebih menginginkan Sisil mengisi hari-harimu. Aku di sini yang
begitu tulus mencintaimu dan aku yang selalu berusaha ntuk mengerti
dirimu kan selalu menanti dan menata hati lagi hingga bayanganmu pergi
hingga tak ada lagi luka kurasa, hingga tak ada lagi kecewa yang terasa.
Aku di sini kan selalu berusaha tegar menjalani hari-hariku, aku kan
selalu berusaha tersenyum agar kau bisa bahagia bersama Sisil sahabatku.
Walaupun dia telah merebutmu, kisahku dan dia dulu takkan pernah
kulupa, dia tetap sahabatku, percayalah dengan sisa kesedihanku ini.
Kumasih dapat bertahan hingga kelak kau mengerti bahwa aku memang
mencintaimu. Aku memang menyayangi, tapi aku tak rela tersakiti olehmu
saat ini, esok dan sampai kapanpun.
Pertemuan itu berawal dari perkenalanku dengan Alan, seorang cowok yang
aku kenal dari temanku, Marcell. Perkenalan yang terbilang singkat juga,
aku mulai merasakan getaran cinta itu. Rasa itu mulai menerangi kembali
tahta hatiku yang telah lama ditinggal pergi oleh seseorang yang pernah
begitu berarti dalam hidupku dulu. Yang sampai saat ini pun aku belum
bisa melupakannya.
Alan yang telah hadir untuk mengisi hari-hariku pun membuatku terlelap
akan rasa bahagia itu, hingga akupun tak pernah menyadari ternyata semua
kebahagiaan itu palsu. Alan orang yang kucintai dengan tulus ternyata
datang hanya untuk menyakiti dan menorehkan luka. Luka yang teramat
dalam di hatiku. Pertemuan itu juga yang telah menghancurkan semuanya.
Hidupku yang begitu indah yang begitu berwarna menjadi hancur akan
hadirnya!
Malam itu aku dan Alan sepakat untuk memadu kasih, merajut asa dan
menggapai cita berdua. Aku belum pernah merasakan sebahagia ini, aku
begitu merasa begitu beruntung bisa dicintai oleh orang yang kucintai.
Hari-hari bahagia pun mulai kami lalui. Alan begitu indah di mataku yang
membuatku lupa akan segalanya, bila bersamanya. Itu juga yang membuatku
merelakan tahta hatiku dipenuhi oleh cintanya, namun lagi-lagi
kenyataan tak selalu berjalan sesuai dengan yang kuharapkan.
Minggu pertama hubungan cintaku bersama Alan mulai goyah, Alan mulai
berubah dan tidak lagi Alan yang selalu tersenyum untukku. Alan tidak
juga bersifat manis padaku, setiap tutur katanya yang menyejukkan hatiku
kini terasa mengiris-iris hatiku. Apa yang telah kulakukan padanya
hingga dia begitu tega padaku, aku begitu percaya padanya hingga aku pun
terluka olehnya.
Hubungan ini berakhir begitu saja, pertemuan singkat itu menjadi
menyakitkan. Sahabat pun menjadi pelarian sedih dan kecewa, tapi
sahabatku tega mengkhianatiku. Dia yang ternyata merebut Alan dariku,
dia merenggut semua kebahagiaanku . Persahabatan yang telah
bertahun-tahun kubina bersamanya pun menjadi tak berarti. Aku lelah
dengan semua ini hingga aku sempat memutuskan tali persahabatan itu,
egoiskah aku?
Aku hanya belum bisa berpikir jernh saat itu, aku merasa semakin tolol,
seharusnya kubisa merelakan Alan dan Sisil untuk bersama. Karena mungkin
kebahagiaan Alan hanya ada pada Sisil! Aku belum siap kehilangan
kebahagiaan itu, aku masih ingin disayangi walau semua itu hanya
kebohongan. Aku tak mau merasakan sakit hati ini lagi. Akankah sakit ini
akan terganti saat ku melihat kebahagiaan orang yang kucintai dan Sisil
sahabatku.
Kini dalam setiap hari-hari sepiku, dalam kesendirianku, aku hanya bisa
berharap aku kan memiliki kekasihku lagi, memiliki dia yang telah pergi,
karena aku kan selalu mencintainya. Aku kan selalu mengenangnya di
dalam hatiku,karena dia telah datang dan pergi dengan menghiasi setiap
sudut didalam hatiku dengan cintanya yang sesaat, dan Sisil sahabatku
buatlah cintaku bahagia karena kalian begitu berarti untukku...